Terkenal sebagai Käfer di Jerman, Maggiolino di Italia, dan mobil VW Kodok di Indonesia, mobil satu ini memang begitu populer dalam sejarah panjang dunia otomotif.
Berawal dari keinginan Adolf Hitler yang ingin mobil untuk dua orang dewasa dan tiga anak kecil, harga murah, serta bisa melaju sampai 100 km/jam, mobil ini jadi salah satu yang ikonik dan terkenang sepanjang masa.
Meski perancangnya masih kontroversial, menyimak perjalanannya jadi satu hal penting untuk tahu lebih dalam mengenai mobil satu ini.
Di Indonesia, VW Kodok masih jadi primadona di kalangan kolektor mobil antik. Ingin tahu lebih dalam tentang mobil ini? Cek lengkapnya!
Baca Juga: Mobil Kijang Kapsul: Kelebihan, Varian, dan Kekurangannya
Daftar Isi :
ToggleMobil yang Lahir dari Keinginan Hitler dan Lolos Perang Dunia
Volkswagen Beetle, atau yang akrab dengan sebutan VW Kodok di Indonesia memang jadi mobil ikonik di sejarah otomotif.
Desain membulat yang khas, suara mesin mobil yang unik, bahkan sejarah yang panjang, menjadikan mobil ini punya tempat tersendiri di hati pecinta mobil.
Mobil ini, awalnya bermula di 1930-an yakni ketika Adolf Hitler yang baru saja menjadi Kanselir Jerman di tahun 1933. Ia punya impian untuk membuat mobil terjangkau buat rakyat Jerman.
Pasalnya, ketika itu kepemilikan mobil di Jerman memang sangat terbatas dan cuma orang-orang kaya saja yang bisa membelinya.
Hitler, yang terkenal kagum dengan teknologi otomotif walaupun tak punya SIM, ingin konsep “mobil rakyat”-nya terwujud yang dalam bahasa Jerman: Volkswagen. Intinya, ia mau mobil praktis, hemat bahan bakar, dan juga murah.
Di balik kontroversialnya perancang mobil ini, ada fakta unik yang perlu Anda tahu. Saat Perang Dunia II dimulai, produksi VW Type 1 berhenti. Pabrik Wolfsburg beralih jadi produsen kendaraan militer untuk angkatan bersenjata Jerman.
Kemudian setelah Perang Dunia II usai, pabrik Wolfsburg yang ada di bawah kendali Inggris kembali bangkit atas inisiasi dari seorang perwira Inggris, Mayor Ivan Hirst.
Ia melihat ada potensi untuk VW Type 1. Akhirnya, pada September 1945, Angkatan Darat Inggris memesan sampai dengan 20.000 unit VW.
Kemudian, pada tahun 1945, produksinya mencapai 1.000 unit per bulan walaupun kondisi pabriknya cukup memprihatinkan. Saking memprihatinkannya, terkadang atap bocor dan produksi harus terhenti saat hujan.
Namun, mobil Kodok VW ini telah bertahan sejak 1938 sampai 2003 dan edisi terakhirnya yakni Final Edition di tahun 2019.
Spesifikasi Mobil VW Kodok
Ingin tahu lebih dalam mengenai mobil VW Kodok? Anda bisa menyimak spesifikasi lengkap yang ada di sini:
1. Eksterior
Dari segi eksterior, VW Kodok punya bentuk bulat yang terbilang khas. Mobil ini menyerupai kumbang (beetle), yang menjadi salah satu alasan mengapa penamaan mobil ini jadi Volkswagen Beetle.
Bonnet-nya menggembung di bagian depan, dengan bodi melengkung yang memberikan kesan retro nan timeless.
Desain ini begitu ikonik sehingga tetap dipertahankan selama lebih dari enam dekade, bahkan hingga varian modern seperti Final Edition 2019.
Untuk model klasik, lampu depan bulat sederhana dengan teknologi halogen jadi ciri khas, dipadukan dengan bumper krom yang elegan.
Sementara itu, varian Final Edition tampil lebih modern dengan LED daytime running lights, Bi-Xenon headlights, dan LED tail lights yang minimalis namun mewah.
Warna-warna seperti hijau mint, kuning cerah, atau merah klasik sering jadi pilihan di model lawas, sedangkan Final Edition menawarkan opsi seperti Stonewashed Blue, Safari Uni, hingga Deep Black Pearl yang eksklusif.
Velg pada model klasik biasanya berukuran 15 inci, tapi banyak yang menggantinya dengan velg aftermarket seperti Empi atau BRM oleh para kolektor.
Namun, untuk varian modern hadir dengan velg aluminium 17 inci untuk tipe SE, atau 18 inci dengan aksen krom untuk tipe SEL.
Meski ukurannya kompak, dengan panjang sekitar 4.079 mm untuk model klasik,VW Kodok punya aura yang begitu menarik perhatian. Baik di jalanan kota maupun di pameran mobil antik.
Baca Juga: Kupas Tuntas Kelebihan dan Kekurangan Chevrolet Captiva
2. Interior
Kemudian, ke bagian interiornya. Saat masuk, Anda akan langsung merasakan nuansa nostalgia, terutama pada mobil VW Kodok klasik.
Interiornya sederhana namun penuh karakter, dengan tuas transmisi manual yang menjulang di tengah tanpa cover dan rem tangan yang terlihat jelas.
Mobil ini pun memiliki jok berbahan kain atau kulit sederhana jadi standar di model lawas. Misalnya, dengan dashboard analog yang hanya menampilkan speedometer, indikator bahan bakar, dan kontrol wiper.
Meski minim fitur, ruang kabin terasa lapang untuk mobil seukurannya, cocok untuk dua orang dewasa dan tiga anak kecil, sesuai visi awal Hitler.
Banyak unit mobil VW Kodok bekas di Indonesia sudah memodifikasinya dengan tambahan AC atau sistem audio modern untuk kenyamanan.
Namun, fitur keselamatan di model klasik sangat terbatas karena hanya mengandalkan seatbelt di baris depan tanpa airbag atau ABS.
Baca Juga: 4 Mobil BMW Bekas Harga 50 Jutaan, Timeless dan Elegan!
3. Mesin Mobil VW Kodok
Di balik desainnya yang menggemaskan, mobil VW Kodok punya mesin yang andal untuk zamannya.
Pada model klasik, mesinnya menggunakan tipe flat-4 berpendingin udara, tanpa radiator, mengandalkan kipas untuk menjaga suhu.
Kapasitas mesin bervariasi, mulai dari 1.100 cc (30 HP) pada model awal, hingga 1.200 cc, 1.300 cc, atau 1.500 cc yang umum di Indonesia.
Beberapa kolektor bahkan memodifikasi hingga 1.600 cc atau 2.000 cc untuk performa lebih bertenaga.
Mesinnya terletak di belakang dengan penggerak roda belakang (RWD). Hal inilah yang memberikan akselerasi yang responsif, terutama di medan berat.
Dari segi transmisi, yakni menggunakan transmisi manual 4 percepatan jadi standar, dengan konsumsi bahan bakar yang irit.
Namun, mesin berpendingin udara ini punya kelemahan yakni rawan overheat. Terutama jika tali kipas tidak Anda ganti rutin setiap 6 bulan untuk penggunaan harian.
Pada varian Final Edition 2019, VW Kodok mengusung mesin turbocharged 2.0-liter 4 silinder, menghasilkan tenaga 174 HP dan torsi puncak 250 Nm.
Transmisi otomatis 6 percepatan menggantikan opsi manual, memberikan performa yang lebih halus dan responsif, baik untuk perjalanan kota maupun jarak jauh.
Banyak VW Kodok di Indonesia yang telah mengalami modifikasi. Misalnya seperti pemasangan disc brake depan, suspensi coil-over, atau mesin dengan kapasitas lebih besar.
Hal ini memang menambah daya tarik bagi kolektor yang ingin performa lebih modern tanpa menghilangkan gaya khas klasiknya.
Meski mobil VW kodok harga terbilang tinggi hingga miliaran rupiah, para kolektor yang mengincarnya seolah tak pernah surut.
Kalau mau opsi yang lebih terjangkau dan lebih modern, Anda bisa pertimbangkan untuk beli mobil harian di CarsGallery.
Unitnya lengkap, kondisinya prima, dan semua mobilnya sudah lolos inspeksi. Dapatkan sekarang!
FAQ
VW kodok namanya apa?
Nama dari mobil ini adalah Volkswagen Beetle.
Berapa harga mobil VW Kodok?
Harganya memang bervariasi. Ada yang masih di kisaran puluhan juta rupiah dan ada yang bahkan sampai miliaran rupiah.
VW Kodok terakhir tahun berapa?
Mobil terakhir untuk VW Kodok yakni tahun 2019 dan sejak ini, VW telah menghentikan produksi Beetle.
Erwin Juntoro memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun di bidang otomotif. Ia menyukai aktivitas memperbaiki, memodifikasi dan tune-up mobil. Selalu update seputar mobil konvensional hingga mobil listrik terbaru.