Penjualan Mobil Listrik di Eropa Turun, Apa Alasannya? 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Print

Penjualan Electric Vehicle khususnya mobil di daerah Eropa mengalami penurunan di tahun ini. Cukup banyak yang menerka tentang apa sebenarnya alasan penjualan mobil listrik di

Penjualan Electric Vehicle khususnya mobil di daerah Eropa mengalami penurunan di tahun ini. Cukup banyak yang menerka tentang apa sebenarnya alasan penjualan mobil listrik di Eropa turun ini. 

Menurut  data penjualan mobil listrik, di Uni Eropa penjualan untuk mobil listrik telah mengalami penurunan sebesar 12% di tahun 2024. 

Data ini merupakan hasil perbandingan antara bulan Mei 2024 dengan bulan Mei tahun 2024. 

Jerman, menjadi salah satu negara di Eropa yang merupakan negara dengan penurunan terbesar untuk penjualan mobil listrik yakni sebesar 30%. 

Ini adalah data yang didapatkan dari European Automobile Manufacturers Assosciation (ACEA) atau badan industri otomotif Eropa. 

Mengutip dari laman Reuters, Jerman telah menjadi pasar kendaraan listrik EV yang paling besar di Eropa. 

Namun, kini penjualan EV di Jerman telah mengalami penurunan sampai 16% daripada tahun kemarin. 

Penjualan Lesu di Negara Produsen Mobil Listrik Terbesar

Dari data Reuters tersebut, menunjukkan justru yang mengalami penurunan paling besar adalah negara dengan produksi mobil listrik yang paling besar di dunia. 

Padahal, Jerman telah stop subsidi untuk pembelian EV di bulan Desember 2023 tahun lalu yang menjadi kesepakatan di tahun 2024. 

Penurunan yang terjadi di Jerman, berkontribusi besar atas persentase keseluruhan penjualan unit mobil listrik di Uni-Eropa. 

Data penjualan mobil listrik di dunia justru menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan atas penjualan EV China. 

Apa Penyebab Penjualan Mobil Listrik di Eropa Turun

Dilansir dari DW, Patrick Schaufuss yang merupakan konsultan di McKinsey berkata jika penurunan ini terjadi akibat turunnya penjualan kendaraan listrik tipe hibrida atau PHEV. 

Patrick berkata jika penurunan ini karena terbatasnya subsidi atas PHEV serta sedkitnya model terbaru untuk transisi teknologi ini. 

Prediksinya, baru di tahun 2025 dan 2026 baru penjualan atas mobil listrik ini akan mengalami peningkatan.

Hal ini mengingat muncul dan hadirnya model baru yang jauh lebih terjangkau daripada EV yang telah tersedia saat ini.

Benar, salah satu penyebabnya karena penghapusan subsidi atas mobil listrik oleh Jerman yang membuat kenaikan harga EV begitu signifikan. 

China ‘Menantang’ Pasar Mobil Listrik Eropa

Lain hal dengan Eropa, China justru menunjukkan kebangkitan di industri mobil listrik. Misalnya, BYD. 

Kebangkitannya memang begitu dramatis karena BYD mengalami lonjakan penjualan justru ketika Eropa tengah mengalami penurunan. 

BYD tercatat mengalami kenaikan 70% di kuartal terakhir 2023. Hal ini kemudian membuat BYD menjadi produsen EV mobil yang paling laris di dunia. Rekor ini, juga telah mengalahkan produsen terbesar mobil listrik di dunia, Tesla. 

Memang, keberhasilan BYD ini karena memenangkan persaingan di pasar domestik China. 

Tapi, kini mereka juga telah menargetkan pasar-pasar di Eropa bahkan Amerika Serikat. Maka dari itu, BYD telah menjadi penantang baru untuk kategori mobil listrik di Eropa. 

Pertaruhan Besar Volkswagen di Industri Mobil Listrik 

Produsen mobil raksasa yang ada di Eropa seperti Volkswagen (VW) melakukan pertaruhan yang cukup besar. 

Di bulan Maret tahun 2023, produsen asal Jerman ini memberi kabar rencana jika akan menginvestasikan 180 miliar Euro atau senilai Rp3 kuadriliun dalam periode 2023 – 2027 untuk melakukan elektrifikasi serta digitalisasi. 

Dalam pertaruhannya ini, VW mempertaruhkan masa depan untuk transisi menuju mobil listrik. Akankah VW berhasil memenangkan pasar di Eropa atau justru BYD yang berhasil bersinar di sana?

Other Post

Related Post